Overview of Behavioral Accounting in Business Decision Making

undefined
 
AKUNTANSI
KEPERILAKUAN
 
MANENDHA M KUNDALA, SE, MM
undefined
 
PENGANTAR AKUNTANSI
KEPERILAKUAN
 
MATERI 1
 
Akuntansi Keperilakuan
 Tinjauan Umum
 
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi
keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses
pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah
memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik
untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas
bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari pelaksana sistem
informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (
internal user
)
dan pemakai eksternal (
external user
). Pemakaian oleh pihak
internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi
kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi. Pihak
eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih
berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam
organisasi tersebut.
 
 
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi
keperilakuan dalam lima aliran (
school
) , yaitu :
1.
Pengendalian manajemen (
management control
)
2.
Pemrosesan informasi akuntansi (
accounting information
processing
)
3.
Desain sistem informasi (
information system design
)
4.
Riset audit (
audit research
)
5.
Sosiologi organisasional (
organizational sociology
)
 
 
Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi
pengambilan banyak keputusan penting di dalam maupun diluar
perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu
dalam proses perencanaan, pengkoordinasian dan
pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling
berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua
tingkatan didalam perusahaan Awal perkembangan riset
akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi
manajemen khususnya penganggaran (
budgeting
), namun yang
dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah
akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit.
 
 
Banyak volume riset atas akuntansi keperilakuan dan
meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara
periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan
berikut ini :
1.
Memberikan gambaran 
state of the art
 terhadap minat khusus
dalam bidang baru yang ingin diperkenankan
2.
Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
3.
Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan
kegiatan riset melalui sebidang akuntansi, seperti audit,
akuntansi manajemen dan perpajakan
 
 
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih
disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan
dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi
keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan
perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan
mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi
keputusan bisnis dan hasil mereka
 
 
Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang
disusun berdasarkan teknik berikut ini :
1.
Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis
terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan
2.
Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat
yang relevan terhadap perencanaan strategis
3.
Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna
memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan
 
Akuntansi Konvensional
 
Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu
memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai
masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai
internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
 
 
Informasi keuangan melalui pelaporan keuangan memiliki tujuan yang beberapa
diantaranya adalah :
1.
Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
bermafaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan
dan pemberian kredit.
2.
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan
menunjukan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari
kekayaan tgersebut
3.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba
4.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya
5.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber
pendanaan perusahaan
6.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.
 
Akuntansi sebagai suatu Sistem
Informasi
 
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks
dan dibentuk dari berbagai komponen yang saling berkaitan.
Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki sasaran,
input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang
telah ditetapkan.
 
Akuntansi adalah Sistem
 
Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan
kerja yang baru diantara karyawan yang ada, perubahan
pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi.
Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting
yang menent penting yang menentukan efektukan efektivitas
penerimaan sistem informasi dalam organisasi.
 
 
Jackson (1986) mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan
manajemen puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal
yang penting, yaitu :
1.
Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan
perencanaan perusahaan.
2.
Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek
pengembangan sistem.
3.
Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada
aspek teknisnya.
4.
Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada
kemungkinan manfaat yang akan diperoleh dan manajemen puncak
mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
5.
Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan
pembuatan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem.
 
 
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi
adalah bagian integral dari kesuksesan suatu sistem informasi.
Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap yang
dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut
adalah perencanaan, analisis, perancangan, implementasi dan
pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan pemakai ini
.
 
 
Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan
keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi,
yaitu :
1.
Tidak ada keterlibatan (
no-involvement
)
2.
Keterlibatan simbolis (
symbolic involvement
)
3.
Keterlibatan atas saran orang lain (
involvement by advice
)
4.
Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (
involvement
by weak control
)
5.
Keterlibatan dengan melakukan (
involvement by doing
)
6.
Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (
involvement by
strong control
)
 
Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan
Sistem
 
Akuntansi adalah Informasi
 
Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan
harus berupaya untuk mengoptimalkan peran informasi ini untuk
mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh manajemen
harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu.
Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih
dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh
masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan
kompetitif.
 
 
Agar proyek pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu
dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem
tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood
(1995), yaitu :
1.
Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan
evaluasi solusi-solusi masalah sistem dan penekanannya pada
tujuan keseluruhan sistem
2.
Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi
yang dipilih oleh proses analisis sistem
3.
Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan
prosedur-prosedur dan metode baru atau revisi ke dalam
operasi
 
 
Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa
bisnis" yang dapat menyediakan atau memberikan informasi
penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab
akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang
mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa
ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa
ekonomi tersebut.
 
Perkembangan Sejarah Akuntansi
Keperilakuan
 
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang
secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok,
dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses
informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan
atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh
fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
 
 
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan
dengan:
1.
Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan
auditor.
2.
Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam
penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi
audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor,
maupun Wajib Pajak.
3.
Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi
dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan
 
 
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori
suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah
penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan
pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih
bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam
disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan
menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya
Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset
ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock
(1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan
Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi
manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh
fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton
(1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam
desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang
diikuti.
 
 
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai
akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama
menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara
artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu
pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi
serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan
berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi
akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.
Berbagai variabel perilaku yang terus dipelajari oleh para
akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar
dibawah ini,
 
Landasan Teori dan Pendekatan
Akuntansi Keperilakuan
 
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu
keperilakuan (
behavior science
), teori-teori akuntansi
keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset
dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.
 
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
 
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi
manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan
pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring
dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset
diperluas dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan
anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga
transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat
normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952,
desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang
signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain
system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan
diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi
oleh para pelaku organisasi.
 
Dari Pendekatan Universal ke
Pendekatan Kontijensi
 
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan
pendekatan universal (
universalistic approach
), seperti riset
Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera
muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian
besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi
(
contingency approach
).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi
dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen.
 
 
Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain system
pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Ketidakpastian (
uncertainty
) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor
eksternal lainnya.
2.
Teknologi dan saling ketergantungan (
technology and interdependence
)
seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya.
3.
Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri,
rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4.
Strategi kompetitif (
competitive strategy
) seperti penggunaan biaya rendah
atau keunikan.
5.
Faktor-faktor yang dapat diamati (
observability factor
) seperti desentralisasi,
sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi
ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan
antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi.
undefined
 
TINJAUAN TERHADAP
ILMU KEPERILAKUAN
:
DALAM PERSPEKTIF
AKUNTANSI
 
MATERI 2
 
Mengapa Mempertimbangkan Aspek
Keperilakuan pada Akuntansi
 
1.     
 
Akuntansi adalah tentang manusia
Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan faktor sosial sesungguhnya
didesain secara jelas dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh
sistem akuntansi. Namun selama ini  belum pernah ada yang melihatnya
dari sudut pandang semacam itu dan para akuntan belum pernah ada
yang mengoperasikan perilaku pada sesuatu yang vakum.
2.     
 Akuntansi adalah tindakan
Dalam organisasi semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan
guna mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada
besarnya porsi tanggungjawab dan rasa tanggungjawab anggota
tersebut terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan
dalam bentuk kuantitatif juga merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab anggota organisasi dalam memenuhi keinginannya untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi.
 
Dimensi Akuntansi Keperilakuan
 
Informasi ekonomi dapat ditambah dengan tidak hanya
melaporkan data-data keuangan saja, tetapi juga data-data
nonkeuangan yang terkait dengan proses pengambilan
keputusan.
 
Lingkup Akuntansi Keperilakuan
 
Akuntansi keperilakuan berada dibalik akuntansi tradisional yang
berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan
informasi keuangan. Dengan demikian, dimensi akuntansi
berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desaian,
konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi
yang efisien. Akuntansi keperilakuan dengan
mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia
dengan sistem akuntansi mencerminkan dimensi sosial dan
budaya manusia dalam suatu organisasi.
 
 
Secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi
menjadi tiga bidang besar.
a.       Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi,
dan penggunaan system akuntansi. Bidang dari akuntansi
keperilakuan ini mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi
manajemen yang memengaruhi sifat dasar pengendalian
akuntansi yang berfungsi dalam organisasi.
b.      Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.
Bidang dari akuntansi keperilakuan ini berkenaan dengan
bagaimana system akauntansi memengaruhi motivasi,
produktivitas, pengambilan keputusan , kepuasan kerja, serta kerja
sama.
c.       Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah
perilaku manusia. Bidang ketiga  dari akuntansi keperilakuan ini
mempunyai hubungan dengan cara system akuntansi digunakan
sehingga memengaruhi perilaku.
 
Akuntansi Keperilakuan : Perluasan Logis
dari Peran Akuntansi Tradisional
 
Para akuntan yang berkualitas akan memilih gejala keperilakuan
untuk melakukan penyelidikan, karena mereka mengetahui
bahwa data keperilakuan sangat berarti untuk melengkapi data
keuangan.
 
Lingkup dan Sasaran Hasil Ilmu
Keperilakuan
 
Bernard Berelson dan G.A Stainer menjelaskan secara singkat
mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah
yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia.
Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan,
yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.
 
Lingkup dan Sasaran Hasil Dari
Akuntansi Keperilakuan
 
Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran
pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan
di masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka mengabaikan fakta
bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan
kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan
mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa
arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan
memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang
saling berhubungan dalam organisasi.
Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran
pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan
di masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka mengabaikan fakta
bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan
kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan
mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa
arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan
memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang
saling berhubungan dalam organisasi.
 
Persamaan dan Perbedaan Ilmu
Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan
 
Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan
dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan
menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan
akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu
sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan
bagian dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan.
Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-
sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk
menilai dan memecahkan permasalahan organisasi.
 
Perspektif Berdasarkan Perilaku
Manusia : Psikologi, Sosiologi dan
Psikologi Sosial
 
Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi,
sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu
keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk
menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun
secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda
mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan
bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada
tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli
dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan
dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu.
Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu
organisasi.
 
 
Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,
menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog
memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual.
Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah
pengetahuan tentang perilaku organisasional teoritikus pembelajaran,
teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri dan
organisasi.
Bila psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi
mempelajari sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran-
peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-orang dalam
hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik,
sosiolog telah memberikan sumbangan mereka yang terbesar kepada
perilaku organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku kelompok
dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan rumit.
Beberapa bidang dalam perilaku organisasi yang menerima masukan
yang berharga dari para sosiolog adalah dinamika kelompok, desain
tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi, birokrasi, komunikasi,
kekuasaan dan konflik.
 
 
Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-
konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada
perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-
orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya
dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para
psikologi sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang
pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam
kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses pengambilan keputusan
kelompok.
Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang
berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya.
Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan
kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian,
mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai
individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial
yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang
ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakan psikologi sosial.
 
 
Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini,
demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar
belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh situasi
sosial terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi,
dan sejenisnya. Sedangkan para sosiolog akan lebih menekankan
pada bagaimana budaya dan struktur sosial mempengaruhi perilaku
dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan lalu bagaimana
pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur sosial.
Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis
dari seseorang; sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada
atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan
budaya, sebagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya
 
Beberapa Hal Penting Dalam Perilaku
Organisasi
 
1.
Teori Peran
2.
Struktur Sosial
3.
Budaya
4.
Komitmen Organisasi
5.
Konflik Peran
6.
Konflik Kepentingan
7.
Pemberdayaan Karyawan
 
1. Teori Peran
 
Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita
dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert
Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori
Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi
aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan
oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran
merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang
yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter,
mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan
agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut.
Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah
seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus
mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh
peran sosial
 
 
Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu
memperluas penggunaan teori peran. Pendekatannya yang
dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap masyarakat
mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk
mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori
usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya,
sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi murid
sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta
pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh
belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh,
pensiun pada usia enam puluh tahun. Di Indonesia berbeda. Usia
sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah
bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun.
Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (age grading). Dalam
masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di
mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian
lagi.
 
2. Struktur Sosial
 
Terjadi 
perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam hal menjelaskan
perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang
dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena
kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber dari proses mental. Mereka
semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin lalu menguraikan
hubungan antara masyarakat dengan individu. William James dan John
Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka
juga mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan
kelompok - yaitu adat-istiadat masyarakat atau struktur sosial. Para sosiolog
yakin bahwa struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar manusia
dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam satu pola
perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui
proses sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami kehidupan
sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak
struktur sosial atas "diri" (self) - perasaan kita terhadap diri kita sendiri.
Masyarakat mempengaruhi diri (self).
 
 
Sosiolog lain Robert Park dari Universitas Chicago memandang
bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan
mengarahkan kekuatan-kekuatan individu- individu ke dalam
berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi
tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru,
mahasiswa, laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita
tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan
dalam masyarakat. Beberapa teori yang melandasi persektif
strukturan adalah Teori Peran (Role Theory), Teori Pernyataan -
Harapan (Expectation-States Theory), dan Posmodernisme.
 
3. Budaya
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
 
 
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-
bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di
Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak
dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
 
4. Komitmen Organisasi
 
Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana
seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan
dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut. Menurut Robbins (2003), didefinisikan bahwa
keterlibatan pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada
pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen
organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut
individu tersebut. Dalam organisasi sekolah guru merupakan tenaga
profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu
menjalankan kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan
mempunyai komimen yang kuat terhadap sekolah tempat dia
bekerja.
 
 
Menurut L. Mathis-John H. Jackson, komitmen organisasi adalah
tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan
organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau
meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam
ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan.
Menurut Griffin, komitmen organisasi (organisational
commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana
seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya.
Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan
akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
 
 
Menurut Luthan (1998), komitmen organisasi didefinisikan sebagai :
1.
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;
2.
keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
3.
keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas
karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota
organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan
keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan
 
 
Menurut Allen dan Meyer (1991), ada tiga Dimensi komitmen
organisasi adalah :
1)      Komitmen afektif (affective comitment): Keterikatan
emosional karyawan, dan keterlibatan dalam organisasi,
2)      Komitmen berkelanjutan (continuence commitment):
Komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan
keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena
kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,
3)      Komitmen normatif (normative commiment): Perasaan wajib
untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus
begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus
dilakukan.
 
 
Mengingat pentingnya komitmen tersebut, banyak perusahaan
berusaha untuk menciptakan kondisi perusahaan sedemiklian rupa
agar dapat menghasilkan loyalitas karyawan dengan cara antara
lain:
1.
Memberikan kompensasi (upah, gaji, dan tunjangan) yang menarik
atau bahkan kompetitif bila dibandingkan dengan perusahaan lain.
2.
Membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyediakan fasilitas
kerja yang baik.
3.
Memberikan tugas atau pekerjaan yang menantang dan menarik.
4.
Mempraktikkan manajemen terbuka dan manajemen partisipatif.
5.
Memperhatikan persoalan yang dianggap penting oleh karyawan
dan menjaga keadilan perlakuan terhadap karyawan dalam
perusahaan.
 
5. Konflik Peran
 
Wolfe dan Snoke (Cahyono dan Ghozali, 2002) mengemukakan konflik peran
timbul karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima secara
bersamaan dimana pelaksanaan salah satu perintah saja akan
mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain. Seorang profesional
dalam melaksanakan tugasnya terutama ketika menghadapi suatu masalah
tertentu maka sering menerima dua perintah sekaligus. Perintah pertama
datangnya dari kode etik profesi sedangkan perintah kedua datangnya dari
sistem pengendalian yang berlaku di perusahaan. Apabila seorang
profesional bertindak sesuai dengan kode etiknya maka individu yang
bersangkutan akan merasa tidak berperan sebagai karyawan perusahaan
dengan baik. Sebaliknya, apabila seorang professional bertindak sesuai
dengan prosedur yang ditentukan perusahaan maka individu yang
bersangkutan akan merasa telah bertindak secara tidak profesional.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik peran muncul
oleh karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima oleh seorang
karyawan secara bersamaan dimana dalam pelaksanaan salah satu
perintah akan mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain sehingga
dapat menimbulkan suatu ketidak pastian pada diri karyawan.
 
 
Miles dan Perreault (Munandar, 2001) membedakan empat jenis konflik
peran yaitu :
-          
Konflik peran pribadi
, muncul bilamana seorang karyawan ingin
melakukan tugas berbeda dari yang disarankan dalam uraian pekerjaannya.
-          
Konflik intra sender
, muncul bilamana seorang karyawan menerima
penugasan tanpa memiliki tenga kerja yang cukup untuk dapat
menyelesaikan tugas dengan berhasil.
-          
Konflik inter sender
, muncul bilamana seorang karyawan diminta untuk
berperilaku sedemikian rupa sehingga terdapat orang merasa puas dengan
hasilnya, sedangkan orang lain tidak.
-          
Konflik peran dengan beban berlebih
, muncul bilamana seorang
karyawan mendapat penugasan kerja yang terlalu banyak dan tidak dapat
ditangani secara efektif.
 
6. Konflik Kepentingan
 
Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan, seperti
pengacara, politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaan, memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang
bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu
konflik kepentingan dapat timbul bahkan jika hal tersebut tidak menimbulkan tindakan yang tidak etis atau tidak pantas.
Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi.
Menurut prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Henry Fayol (1914), kepentingan pribadi atau kelompok harus
tunduk kepada kepentingan organisasi secara keseluruhan. Maka sudah sangat dipahami bila dalam praktek bisnis,
demi kepentingan orang yang lebih banyak atau organisasi, manajemen harus memutuskan hubungan kerja dengan
seorang atau beberapa orang karyawan, walaupun karyawan tersebut mungkin telah selama puluhan tahun ikut serta
dalam mengembangkan dan membesarkan perusahaan. Karena menganut pandangan bahwa urusan pribadi harus
dipisahkan dari bisnis serta bahwa kepentingan perusahaan harus lebih didahulukan daripada pribadi, maka banyak
eksekutif yang sukses dalam memimpin danmengatur perusahaan, tetapi gagal dalam memimpin dan mengatur
keluarga.
 
 
Banyak bukti riset yang menunjukkan bahwa konflik kepentingan
pekerja dan keluarga sangat merugikan karyawan dan
perusahaan. Konflik kerja dan keluarga cenderung berpengaruh
negatif terhadap kinerja karyawan. Hasil-hasil riset tersebut
merekomendasikan perlunya manajemen perusahaan untuk
mengambil kebijakan yang menginterpretasikan kepentingan
pekerjaan dengan kepentingan pribadi.
 
7. Pemberdayaan Karyawan
 
Perberdayaan karyawan berarti penciptaan sebuah lingkungan di mana karyawan
memiliki wewenang yang lebih untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan
konsekuensi mereka bertanggungjawab atas hasil penciptaan sebuah lingkungan
karyawan dimana karyawan memiliki wewenang yang lebih banyak untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka dengan konsekuensi mereka bertanggungjawab
atas hasil pekerjaan tersebut.
Mas’ud (2002) menuliskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong
organisasi dalam melaksanakan pemberdayan. Beberapa di antaranya adalah
tuntutan pelanggan yang semakin tinggi terhadap kualitas produk maupun layanan,
jaminan keamanan, perlindungan konsumen, persaingan dalam efisiensi dan inovasi
produk, penggunaan teknologi baru yang canggih, peraturan pemerintah dan lain
sebagainya. Apabila organisasi melaksanakan pemberdayaan karyawan, maka
berarti bahwa karyawan tersebut diperlakukan sesuai denga teori Y, artinya
pimpinan organisasi tersebut menganut paham atau cara pandang bahwa
karyawan di perusahaan tersebut adalah karyawan yang mempunyai kaeakteristik
yang pada umumnya positif
.
 
 
Akan tetapi dalam kenyataannya, terdapat banyak pengertian mengenai apa yang
dimaksud dengan pemberdayaan dan bagaimana cara untuk melakukan pemberdayaan.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya defenisi atau pengertian yang diberikan oleh para ahli di
berbagai literatur. 
 Namun. T
erdapat kesamaan dalam hal maksud dilakukannya
pemberdayaan dalam organisasi, yaitu antara lain untuk :
1.      Meningkatkan motivasi guna mengurangi kesalahan dan mendorong karyawan untuk
bertanggung jawab terhadap tindakannya.
2.      Meningkatkan dan mengembangkan kreativitas dan inovasi.
3.      Mendorong peningkatan kualitas produk dan jasa.
4.      Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mendekatkan karyawan terhadap
pelanggan, sehingga karyawan dapat melayani dengan lebih baik.
5.      Meningkatkan kesetiaan pada saat yang sama mengurangi tingkat kemangkiran.
6.      Mendorong kerja sama yang lebih baik dengan sesama rekan kerja dalam meningkatkan
pengawasan dan produktivitas.
7.      Mengurangi tugas pengawasan (pengendalian) dari manajemen menengah dalam
pekerjaan operasional sehari-hari, sehingga para manajer lebih mempunyai waktu dan
perhatian terhadap masalah-masalah yang lebih besar.
8.      Menyiapkan karyawan untuk berkembang dan menghadapi perubahan dan tuntutan
persaingan.
9.      Meningkatkan daya saing bisnis.
 
 
Untuk melaksanakan pemberdayaan tersebut, biasanya organisasi
kemudian menyususun dan menentukan visi serta misi organisasi.
Disampingi itu, perusahaan melaksanakan pula rencana strategis
dan berbagai macam pelatihan yang berkaitan dengan
pemberdayaan karyawan, seperti : membangun kerja sama tim,
pemberdayaan kepemimpinan dan motivasi, kepekaan emosional di
tempat kerja, peningkatan kualitas terus-menerus, pelatihan
ketrampilan khusus yang berkaitan dengan pekerjaan dan lain
sebagainya.
undefined
 
K
ONSEP
 K
EPERILAKUAN
DARI 
P
SIKOLOGI
 
DAN
P
SIKOLOGI
 S
OSIAL
 
MATERI 3
 
Sikap
 
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi
tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang
menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek
dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah
pada reaksi seseorang. Ketiga komponen
sikap: 
pengertian
(cognition)
pengaruh
(affect)
, dan 
perilaku
(behavior)
.
Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut
membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial
antara sikap dan perilaku.
 
Komponen Sikap
 
    Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku.
Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dan
kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen
emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang
yang mengarah pada objek sikap. Komponen perilaku
mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap
objek/sikap
 
Fungsi Sikap
 
    Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan
kepuasan, defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau
pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan
maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani
suatu hal yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap
juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan
guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan
kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga
melayani fungsi nilai ekspresi.
 
Sikap dan Konsistensi
 
    Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya
serta antara sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-
individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka
yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku
mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.
 
Formasi Sikap dan Perubahan
 
    Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang
mengarah pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap
mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani
sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi
dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap
dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman
pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman yang menyenangka
maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap
tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.
 
Beberapa Teori Terkait dengan Sikap
 
Teori Perubahan Sikap
T
eori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling
efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.
 
 
Teori Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana
orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam
memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan
perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang
laindan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman.
 
 
Konsistensi dan Teori Perselisihan
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam
ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori
perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi.
 
Teori Disonansi Kognitif
Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif.
Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal
ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Festinger mengatakan bahwa hasrat
untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang
menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu
terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi.
Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam
perubahan sikap dan perilaku.
 
 
Teori Persepsi Diri
 Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap
berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku
mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku,
tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang
konsisten dengan perilaku.
 
Teori Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.
Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk
berbuat sesuatu.
 
Teori Motivasi Awal
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah
teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat
awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer
berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah
ini untuk menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.
 
 
Teori Kebutuhan dan Kepuasan
Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing
individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow
1.
Kebutuhan fisiologis (
physiologis needs
 ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasa haus,
kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
2.
Kebutuhan akan keamanan (
safety needs
 ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan
perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
3.
Kebutuhan sosial (
social needs
 ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam
menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki
serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
4.
Kebutuhan akan penghargaan (
esteem needs
 ), yaitu kebutuhan akan status atau
kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
5.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (
self actualization needs
 ), yaitu kebutuhan pemenuhan diri
untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan
dirinya.
 
 
Teori Prestasi
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori McClelland mempunyai suatu
faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi.
Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga karakreristik dari orang yang memiliki
kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :
1.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.
2.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yang
moderat dan menghitung risikonya.
3.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan
balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.
 
Teori Motivasi
Pada perteng
a
han tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di bagi kedalam beberapa
faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh positif dalam
motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini
meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor
motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.
 
 
Teori Keadilan
Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori keadilan,
kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah jika
orang tersebut membandingkannya dengan lingkungan lainnya.
 
Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia
memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs), kebutuhan
akan keterikatan ( relatedness needs ) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ).
 
Teori Harapan
Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori harapan
disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa motivasi
ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari
tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil
(income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas
pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan
seseorang terhadap hasil tertentu.
 
 
Teori penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :
1.
Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang
dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan
sebagainya.
2.
Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan
urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang
ditimbulkan.
3.
Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan
(misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin
besar pengaruhya terhadap perilaku.
 
Teori Penetapan Tujuan
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah
bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi
terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.
 
 
Teori Atribusi
Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal
(eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan
atau keberuntungan.
 
Teori Agensi
Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha
dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa principal
bersikap netral terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.
 
Pendekatan Dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan
(subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan
oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat
untuk menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang
menghubungkan keduanya.
 
Persepsi
 
 
Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek, serta
manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.
Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan
pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan
oleh panca indra.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
1.
Faktor Dalam Situasi
: 
Yang terdiri dari waktu, kead
a
an (tempat kerja), keadan so
s
ial.
2.
Faktor Pada Pemersepsian
: 
Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
pengharapan.
3.
Faktor Pada Target
: 
Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.
 
Rangsangan Fisik VS Kecenderungan
Individu
 
Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan
perasaan, seperti pegelihatan dan sentuhan. Sedang
Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap,
pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar
orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang
menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh
kecenderungan perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan
dengan kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti
penting dan emosi.
 
Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan
 
Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak
aktifitas organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang
mungkin dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian
mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga
karyawan mrasa tidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para
penyelia perlu mengenali perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu
dapat mempengaruh evaluasi mereka, dan harus waspada terhadap sumber
penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong kearah
ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu
yang menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya peristiwa
bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.
 
Persepsi Orang Membuat Penilaian
Mengenai Orang Lain
 
Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini akan dikaitkan
dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara
berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini
menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan
apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian
besarbergantung pada tiga fa
k
tor berikut:
1.
Kek
h
ususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan prilaku-prilaku yang
berlainan dalam situasi yang berlainan.
2.
Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi dengan cara yang
sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi criteria ini jika semua karyawan yang
mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
3.
Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut memberikan reaksi yang
sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan datang terlambat beberapa menit saja tidak
dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa
(karena tidak pernah terlambat).
 
Nilai
 
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.
 
Arti Penting Nilai
Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan
dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikap
manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya
mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.
 
Nilai dan Dilema Etika
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan
standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi
para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan
benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas.
Ihksan menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah
dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan
reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.
 
Pembelajaran
 
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi sebagai hasil dari motivasi,
pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi. Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan
pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh
keadaan operant, dan pembelajaran sosial.
Pengondisian Keadaan Klasik
Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses pembelajaran suatu respons
dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu
memaksa yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan terkondisi yang kemudian
meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.
Pengondisian Operant
Pengondisian 
operant
 menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi.
Perilaku 
operant
 berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap
perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.
Pembelajaran Sosial
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian 
operant
, di mana teori
tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui
eksistensi pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam belajar.
 
Kepribadian
 
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku. Pengujian terhadap
perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan
dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan,
siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau
kepribadian.
Penentu Kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan hasil keturunan
atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini
dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi
a.Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seseorang individu adalah
struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.
b.Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya dimana seseorang
dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social,
serta pengaruh lain yang dialmi.
c.Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian seseorang
walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda.
undefined
 
FILOSOFI RISET DALAM
BIDANG AKUNTANSI
KEPERILAKUAN
 
MATERI 4
 
Pergeseran Arah Riset
 
Chariri dan Gozali (2001) menuliskan bahwa 
Pendekatan klasikal lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif yang
mengaami kejayaannya pada tahun 1960-an. Pada tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam riset akutansi.
Alasan yang mendasari pergeseran ini adalah pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade ini tidak
dapat menghasilkan teori akutansi yang siap digunakan dalam praktik sehari-hari. Alasan kedua yang mendasari usaha
pemahaman akutansi secara empiris dan mendalam adalah “gerakan” dari masyarakat peneliti akutansi yang
menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.
Rochester dan Chicago mengembangkan teori akutansi positif yang menjelaskan mengapa akutansi itu ada, apa yang
dimaksud dengan akutansi, mengapa akutan melakukan apa yang mereka lakukan, serta apa pengaruh fenomena ini
terhadap manusia dan penggunaan sumber daya. Pendekatan normatif maupun positif masih mendominasi riset
akutansi hingga saat ini. Hampir semua artikel yang terbit di jurnal 
The Accounting Review 
maupun 
Journal of
Accounting Research 
dan 
Journal of Business Research 
menggunakan pendekatan utama degan ciri khas model
matematis dan penggunjian hipotesis.
 
Filosofi Paradigma Metodologi Riset
 
Suatu pengetahuan (
knowledge
) dibangun berdasarkan asumsi-asumsi filosofis tertentu. menurut
Burrel dan Morgan (1979), asumsi-asumsi tersebut adalah ontologi (
ontology
), epistemologi
(
epistemology
), hakikat manusia (
human nature
), dan metodologi (
methodology
). Ontologi
berhubungan dengan haikat atau sifat dari realitas atau objek yang akan diinvestigasi. Epistemologi
berhubungan dengan sifat ilmu pengetahuan, bentuk ilmu pengetahuan tersebut, serta cara
mendapatkan dan menyebarkannya. Epistemologi ini memberikan perhatian pada cara menyerap
dan mengomunikasikan ilmu pengetahuan. Pendekatan subjektivisme (
anti-positivism
) memberikan
penekanan bahwa pengetahuan bersifat sangat subjektif dan spiritual atau transendental yang
didasarkan pada pengalaman dan pandangan manusia. Hal ini sangat berbeda dengan
pebdekatan objektivisme  (
positivism
) yang berpandangan bahwa pengetahuan itu berada dalam
bentuk yang tidak berwujud (
intangible
). Asumsi mengenai sifat manusia merujuk pada hubungan
antara manusia dengan lingkungannya.
 
 
Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu melihat keterkaitan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan voluntarisme (
voluntarism
) memberikan
penekanan pada esensi bahwa manusia berada di dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial
sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan pilihan bebas (
free will and choice
). Manusia pada
sisi ini dilihat sebagai pencipta dan mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena sosial
dengan daya kreativitasnya. Sebaliknya, pendekatan determinisme memandang bahwa manusia
dan aktivitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan tempat dia berada. Asumsi-asumsi tersebut
berpengaruh terhadap metodologi yang akan digunakan. Metodologi dipahami sebagai suatu
cara menentukan teknik yang tepat untuk memperoleh pengetahuan. Pendekatan ideografik yang
mempunyai unsur utama subjektivisme menjadi landasan pandangan bahwa seseorang akan
dapat memahami dunia sosial (
social world
) dan fenomena yang diinvestigasi, apabila ia dapat
memperolehnya atas dasar pengetahuan pihak pertama (
first hand knowledge
). Sebaliknya,
pendekatan nomotetik (
nomotethic
) mempunyai sistem baku dalam melakukan penyelidikan yang
biasanya disebit sistem protokol dan teknik.
 
 
Burrel dan Morgan (1979) mengelompokkan pengetahuan dalam tiga paradigma, yaitu fungsionalis
interpretif (
functionalist interpretive
), radika humanis (
radical humanist
), dan radikal strukturalis
(
radical structuralists
). Akuntansi sebagai pengetahuan manusia juga dapat dipandang menurut
paradigma-paradigma tersebut. Dillard dan Becker (1997) mengembangkan paradigma tersebut
dalam kaitannya dengan riset akuntansi, khususnya akuntansi keperilakuan. Pembahasan ini
menekankan pada paradifma yang telah dikembangkan oleh Dillard dan Becker dalam
mengembangkan kerangka paradigma Burrel dan Morgan yang diilhami oleh artikel Birnberg dan
Shields (1989) dalam “Three Decades of Behavioral Accounting Research: Search for Order” yang
mengidentifikasikan sosiologi keorganisasian sebagai salah satu alternatif dengan paradigma
berbeda dan memberikan beberapa argumentasi teoritis serta riset empiris dari akuntansi
keperilakuan yang berhubungan dengan setiap paradigma tersebut. selain itu, artikel tersebut juga
membahas mengenai paradigma posmodernisme (
postmodernism
) sebagi salah satub aliran yang
menjadi salah satu alternatif., tetapi tidak dapat dimasukkan sebagai salah satu paradigma Burrel
dan Morgan.
 
Berbagai Paradigma Metodologi Riset
 
1.      Paradigma Fungsional
2.      Paradigma Interpretif
3.      Paradigma Strukturalisme Radikal
4.      Paradigma Humanis Radikal
5.      Paradigma Posmodernisme
6.      Paradigma Akuntansi Kritis
 
1. Paradigma Fungsional
 
Paradigma fungsionalis sering disebut fungsionalis struktural (
structural fungsionalist
) atau kontinjensi
rasional (
rational contigency
). Paradigma ini merupakan paradigma yang umum dan dominan
digunakan dalam riset akuntansi dibandingkan dengan paradigma lain sehingga diserbut
paradigma utama (
mainstream paradigm
). Secara ontologi, paradigma utama sangat dipengaruhi
oleh realitas fisik yang menganggap bahwa realitas objektif berada secara bebas dan terpisah di
luar diri manusia. Realitas diukur, dianalisis, dan digambarkan secara objektif, sehingga
konsekuensinya adalah jarak antara objek dan subjek (Lubis, 2014:129).
Pemahaman tentang realitas akan mempengaruhi cara pemerolehan ilmu pengetahuan yang
benar. Secara epistemologi, akuntansi utama melihat realitas sebagai realitas materi yang
mempunyai suatu keyakinan bahwa ilmu pengetahuan akuntansi dapat dibangun dengan rasio
dan dunia empiris. Berdasarkan keyakinan tersebut, peneliti akuntansi utama sangat yakin bahwa
satu-satunya metode yang dapat digunakan untuk membangun ilmu pengetahuan akuntansi
adalah metode ilmiah.
 
 
Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila memenuhi tiga komponen dibawah ini:
1.
Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hukum umum.
2.
Mengandung prakondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan hasil
observasi.
3.
Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan.
 
Pengujian empirirs dalam filsafat dinyatakan dengan dua cara, yaitu:
a.
Dalam aliran positivis dan sepernagkat pernyataan hasil observasi independen yang digunakan
untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran teori (pendekatan 
hypothetico deductive
).
b.
Dalam pandangan Popperian, karena pernyataan hasil observasi merupakan teroi yang
dependen dan dapat dipalsukan (
falsible
), maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan
kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak.
 
 
Metodologi riset yang digunakan oleh para fungsionalis mengikuti metodologi yang digunakan
dalam ilmu alam. Penganut aliran ini melakukan deskripsi atas variable, membangun dan
menyatakan hipotesis, mengumpulkan data kuantitatif, serta melakukan analisis secara
statistika. Beberapa riset empiris dalam akuntansi keperilakuan yang menggunakan
pendekatan paradigma fungsionalis ini (menggunakan pengumpulan data survei atau
kuisioner dan analisis statistik) yang dijelaskan oleh Dillard dan Becker dengan masalah risetnya
(Lubis, 2014:130).
Beberapa kelemahan metodologi fungsionalis dalam riset akuntansi keperilakuan mulai
dirasakan oleh para peneliti. Mereka mulai mempertanyakan apakah pandagan ontologi
realitas fisik adalah tepat untuk memahami fenomena sosial. Pemikiran akuntansi utama tidak
memberikan perhatian pada perdebatan filosofi antara pemikiran Popper, Lakatos, Kuhn dan
Feyerbend.Masalah lain yang timbul dari pemikiran akuntansi utama adalah pernyataan dari
peneliti akuntansi tentang relevansi filosofi ilmu pengetahuan alam (
natural science
) sebagai
dasar metodologi riset akuntansi yang seharusnya lebih benyak mendekati ilmu sosial.
Kelemahan metode utama tersebut menyebabkan para pemikir akuntansi mulai mencari
metode-metode lain atau metode alternatif yang dapat secara tepat digunakan dalam
memecahkan masalah sosial (Lubis, 2014:131).
 
2. Paradigma Interpretif
 
Paradigma ini juga disebut interaksionis subjektif (
subjective interactionist
). Pendekatan alternatif ini
berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan
pemahaman dalam ilmu sosial. Menurut Barrel dan Morgan, paradigma ini menggunakan cara
pandang para nominalis yang melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan label,
nama atau konsep yang digunkan untuk membangun realitas. Hal itu bukanlah sesuatu yang nyata,
melainkan hanyalah penamaan atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau merupakan
produk manusia itu sendiri. dengan demikian, realitas sosial merupakan sesuatu yang berada dalam
diri manusia itu sendiri sehingga bersifat subjektif, bukan objektif sebagaimana yang dipahami oleh
paradigma fungsionalis. Pendekatan ini bersifat pada subjektif dunia sosial dan berusaha
memahami kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Fokusnya ada pada diri individu dan
persepsi manusia terhadap realitas, bukan pada realitas independen di luar mereka. Paradigma
interpretif tidak menggunakan ilmu pengetahuan untuk menjelaskan (
to explain
) dan memprediksi
(
to predict
), tetapi untuk memahami (
to understand
) (Lubis, 2014:132).
 
 
Berkaitan dengan  sistem pengendalian dan akuntansi manajemen, terdapat dua perbedaan antar paradigma
fungsioanlis dengan interpretif, yaitu:
1.
Paradigma interpretif tidak hanya memusatkan perhatian pada cara membuat perusahaan berjalan dengan
baik, tetapi juga cara menghasilkan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai cara manager dan
karyawan dalam organisasi memahami akuntansi, berpikir tentang akuntansi dan berintraksi dan
menggunakan akuntansi.
2.
Para interaksionis tidak percaya pada keberadaan realitas organiasi yang tungal dan konkret, melainkan
pada situasi yang ditafsirkan organisasi dengan caranya masing-masing. Hal yang lebih penting adalah
pemahamn mereka menjadi nyata karena mereka bertindak untuk suatu peristiwa dan situasi atas dasar
makna pribadinya.
Paradigma interpretif memasukan aliran etnometodologi (
ethonemethodology
) dan interaksionisme simbolis
fenomenologis (
phenomenological symbolic interactionism
) yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermenetis
dan fenomonologis. Tujuan pendekatan interpretif adalah  menganalisis reaitas sosial dan cara realitas sosial
tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif:
1.
Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan dan analisis historis.
2.
Metode foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucalt sebagai pengganti konsep trasioanal
historis yang disebut “
ahistorical
” atau “
antiquarian
” (Lubis, 2014:132).
 
 
3. 
Paradigma Strukturalisme Radikal
 
Paradima strukturalisme radikal  mempunyai kesamaan dengan fungsionalis, yang
mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan ontologis yang konkret dan
nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk
hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial sebagai
objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu (Lubis, 2014:132).
Riset-riset yang diklasifikasikan dalam paradigma strukturalisme radikal (
radical
structuralism
) adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional. Argumnetasi
teori yang dikemukakan oleh Coper (1983) menelaah dan mengkritik karya-karya yang
didasakan pada teori agensi. Dia mengusulkan adanya penggunaan perspektif radikal
dalam riset akuntansi manajemen. Cooper dan Sherer (1984) mengusulkan suatu ekonomi
politik akuntansi untuk pemahaman lingkungan ekonomi, sosial dan politik dalam
lingkungan dimana akuntansi digunakan (Lubis, 2014:133).
 
4. Paradigma Humanis Radikal
 
Jika didasakan pada teori kritis dari Frankurt Schools dan Habermas, riset-riset akan
dikasifikasikan dalam paradigma humanis radikal (
radical humanist
). Pendekatan kritis
Habermas melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut “dunia
kehidupan” (
life world
), yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan
yang melekat dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling
memahami. Interaksi sosial dalam dunia kehidupan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan sistem
informasi manajemen.
2.
Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanismen sistem, misalnya pemilihan sistem yang
akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sisitem bukan merupakan
interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan.
 
 
Macintosh menyatakan humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi manajemen
dan sistem pengendalian yang berorientasi pada orang (
people-oriented
), yang
mengutamakan idealisme humanistik dan nilai-nilai dibandingkan dengan tujuan
organisasi. Argumentasi teoritis dalam paradigma humanis radikal dikemukakan oleh
Laughin (1987), yang menyajikan suatu diskusi dari aplikasi teori kritis  Habermas
dalam riset akuntansi.  Laughin menunjukan teori kritis Habernas akan sangat
berguna dalam meneliti “saling keterkaitan” (
interrelationship
) antara teknologi
akuntansi dengan asal mula sosialnya. Roset akuntansi yang
mengguankanpendekatan ini antara lain, Broadbent 
et al
 (1991) yang mneunjukan
kerangka Hibermasian dalam menganalisis aplikasi akuntansi pada industri
pelayanan kesehatan di AS. Mereka menemukan bahwa walaupun akuntansi tidak
diterima secara penuh sebagai teknologi manajemen dalam sektor pelayanan
kesehatan, tetapi akuntansi mempengaruhi tindakan dengan cara memberikan arti
atau makna dalam suatu dilema moral di sekitar alokasi sumber daya pelayanan
kesehatan. (Lubis, 2014:133).
 
5. Paradigma Posmodernisme
 
Posmodernisme menyajikan suatu wacana yang sedang muncul yang meletakan dirinya
diluar paradigma modern, bahkan dapat dikatakan bahwa paradigma posmodernisme
merupakan opsisi dari paradigma modern. Beberapa pemikir posmodernisme meliputi
Baudrillad, Jacues Derrida, Latorur dan Michael Foucault. Namun karya yang paling
banyak digunakan sebagai dasar aliran posmodernisme adalah karya Derrida dan
Foucalut. Foucoult terkenal dengan metode arkeologis (
archeological
) dan geonalogis
(
genealogical
). Menurut Foucault, istilah arkeologis dimaksudkan untuk mencari asal-usul
pengetahuan dan digunakan untuk menunjukan suatu usaha arkeologis, yaitu ciri khas
pemikiran yang menyangkut tujuan, metode dan bidang penerapan. Foucault melakukan
studi tentang periode-periode sejarah pemikiran untuk menemukan epistemologi yang
mendasari disiplin ilmu tertentu dan ciri pengetahuan yang menentukan di setiap periode
(Lubis, 2014:134).
 
 
Tujuan metode arkeologis adalah menetapkan serangkaian diskusi yaitu sistem wacana, serta menentukan suatu
rangkaian dari awal sampai akhir bagi pemikiran Foucault. Wacana global dan universal yang dibentuk oleh
paradigma modern merupakan bentuk logosentrisme yang memiliki kuasa yang dapat menciptakan kegagalan
dalam kehidupan manusia, serta menyebabkan timbulnya rasisme, diskriminasi, pengangguran dan stagnasi.
Dengan metode genealogis, Foucoult melakukan kritik terhadap pengetahuan yang tertindas oleh pengetahuan
yang berkuasa. Kegagalan ini merupakan konsekuensi logis dari ketidakmampuan modernisme untuk melihat
manusia secara utuh. Hal itu tercermin dalam pandangan keilmuan yang cenderung logosentrisme.
Berikut ciri utama logosentrisme.
1.
Pola pikir oposisi biner (
dualistik dikotomis
) yang hierarkis, seperti esensi-eksistensi, bahasa lisan-tulisan, konsep
metafora, jiwa-badan, makna-bentuk.
2.
Aspek keilmuan. Ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada aspek praktis dan fungsi, dan
sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini terlihat dari pernyataan ilmu0ilmu positif yang mengklim
bahwa ilmu pengetahuan harus netral dan bebas darri nilai.
3.
Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa praktik akuntansi harus
berlaku secara univerrsal atau internasional. Klaim ini diwujudkan dalam gerakan yang disebut harmonisasi
akuntansi (
harmonization of accounting
). Bagi pemikiran Foucoult, wacana global dan universal tersebut
memiliki hubungan timbal-balik antara kuasa dan pengetahuan.
 
Peluang Riset Akutansi Keperilakuan
Pada Lingkungan Akutansi
 
1.
Audit
2.
Akuntansi Keuangan
3.
Akuntansi Manajemen
4.
Sistem Informasi Akuntansi
5.
Perpajakan
6.
Pertumbuhan Riset
 
1. Audit
 
Bagian 
ini berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit, dan telah memfokuskan
riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan
penggunaan laporan audit dan meningkatkan perkembangan yang berorientasi kognitif.
Secara persuasif, Libby dan Federick (1990) menjelaskan pentingnya pemahaman
mengenai bagaimana variabel-variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan
faktual dan persedual, serta pengaruh memori dalam pembuatan keputusan.
Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang fokus terhadap:
1.
Karakteristik pengetahuan yag dihubungkan dengan pengalaman (yang meliputi
bagaimana pengetahuan itu diperoleh)
2.
Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi degan variabel organisasional
atau lingkungan.
3.
Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.
 
 
Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akutansi keperilakuan.
Ada dua alasan untuk hal ini, yaitu:
1.
Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kerja.
2.
Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menajadi efektif dalam
mengidentifikasikan domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.
Riset audit menyarankan suatu hubungan yang kompleks antara pengelaman dan
kinerja yang belum dpahami dengan baik. Riset ini menyarankan bahwa terhadap
suatu peluag yang berhubungan degan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan
audit. Salah satu kesulitasn dengan riset yang berorientasi pada keputusan dalam
audit adalah kurangnya kriteria variabel yang dapat diamati terhadap penilaian
kinerja auditor sehingga peneliti sering melakukan studi atas konsensus penilaian dan
konsistensi. Variabel kriteria tersebut anatara lain, 
generally accepted accounting
prinsiples (GAAP) 
dan
 generally accepted accounting standards (GAAS).
 
2. Akutansi Keuangan
 
Pentingnya riset akutansi keuangan yang berbasis pasar modal dibandingkan dengan audit
menunjukkan kurang kuatnya permintaan ekternal terhadap riset akutansi keperilakuan dalam
bidang keuangan. Hal itu dijadikan alasan untuk tidak melakukan diskusi yang lebih lanjut oleh
sebagian besar kantor akutan publik. Karena pemakai informasi keuangan membuat keputusan
individuan dan dalam kelompok-kelompok kecil, riset akutansi keperilakuan dapat membuat suatu
kontribusi penting pada bidang ini.
Alasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi yang
lebih besar di masa mendatang.
1.
Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal dengan
ekspektasi naif.
2.
Alasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan berpotensi memberikan kontribusi
yang besar berhubungan dengan keuntungan dari riset akutansi keperilakuan dalam bidang
audit.
 
 
Dua alasan dari riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuanga di atas telah
mampu memberikan kontribusi yang lebih besar karena keunggulannya yang
melebihi riset akutansi keperilakuan dalam audit.
1.
Terdapat jumlah tugas dari informasi akutansi keuangan yang merupakan input
langsung untuk keputusan pinjaman bank, negosiasi kontrak tenaga kerja, prediksi
laba, dan rekomendasi saham. Konsekuensinya, akutansi keuangan
mempertimbangkan lingkup pengujian kemampuan generalisasi dari pengaruh
variebel perilaku, seperti variabel psikologi sebagai struktur kognitif dan
kemampuan “pemecahan masalah” dengan variabel lingkungan, seperti insentif
dan ketidakpastian melalui konteks keputusan berdasarkan pengetahuan.
2.
Keuntungan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan meliputi
beberapa tugas seperti prediksi laba yang telah definisikan dengan baik dan
mempunyai sifat berulang. Hal ini merupakan kerugian yang relatif dalam audit, di
mana tugas-tugas audit yang jarang dilakukan auditor dapat menimbulkan
kesulitan untuk mempelajari hubungan antara pengalaman audit dan kinerja.
 
3.  Akutansi Manajemen
 
Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen
merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset yang sama dalam akutansi keuangan dan
memungkinkan pencerminan tradisi lama yang berbeda dari riset akutansi keperilakuan dalam bidnag audit. Riset
akutansi keperilakuan dalam akutansi manajemen melakukan investigasi atas seluruh variabel lingkungan dan
organisasional yang telah diidentivikasi sebelumnya dan riset mendatang diharapkan akan meningkatkan perluasan
pengetahuan yang mendasari hubungan dan pengujian dalam konteks yang baru.
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen cenderung fokus pada variabel lingkungan dan
organisasional yang mengandalkan teori agensi, seperti insentif dan variabel asimetri informasi. Domain pengetahuan
khusus merupakan karakteristik akutansi manajemen dan si pembuat keputusan yang menggunakan akutansi
manajemen. Dengan variabel lingkungan organisasional yang menyarankan perluasan riset akutansi keperilakuan
dalam bidang akutansi manajemen dengan variabel-variabel tersebut yang meliputi interaksi dengan variabel kognitif.
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen hanya merupakan subbidang akutansi yang telah
memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akutansi terhadap perilaku.
 
4. Sistem Informansi Akutansi
 
Keterbatasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akutansi adalah
kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akutansi yang lebih
awal sekalipun. Informasi akan mendorong penggunaan keunggulan teknologi saat ini,
pencitraan data, jaringan, dan akses data dinamis melalui sistem pengoperasian
menyarankan pertimbangan atas peluang riset akutansi keperilakuan dalam bidang sistem
akutansi.
Dengan semakin luasnya penggunaan jaringan komputer untuk komunikasi interpersonal,
interaksi kelompok dan pengiriman informasi mengusulkan bahwa terdapat dua bidang riset
akutansi keperilakuan dalam sistem akutansi yang relevan terdapat subbidang akutansi yang
lain. analisis alternatif dari betuk-bentuk presentasi informasi adalah untuk komunikasi yang
efektif dan efisien. Pemakai terhadap format sistem informasi yang lebih umum menunjukkan
hasil bidang ini untuk akutansi keperilakuan.
Potensi riset lainnya adalah peran dari sistem pendukung kelompok dalam memfasilitasi proses
kelompok. Sebagai contoh, kemungkinan yang paling signifikan dari perubahan teknologi
untuk kantor akutan pada beberapa tahun mendatang akan menguntungkan kecanggihan
komunikasi jaringan.
 
5.  Perpajakan
 
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan
diri pada kepatuhan dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Variabel-variabel yang sering diuji dengan hasil campuran
menyarankan bahwa pelaku kepatuhan pajak adalah hasil yang
kompleks. Riset akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini
telah membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset
akutansi keperilakuan dalam bidang audit.
Pada teori agensi, riset menemukan bahwa subjek memilih sendiri kontrak
pekerjaan menurut faktor yang sesuai dengan konpensasi yang
diharapkan. Wajib pajak dapat mempengaruhi kemungkinan audit secara
efektif melalui keputusan pelaporannya. Potensi lain untuk riset akutansi
keperilakuan dalam bidang perpajakan dan audit merupakan studi
perilaku yang jarang dilakukan. Audit oleh kantor pajak jarang dilakukan
untuk wajib pajak, tidak seperti audit atas kesalahan laporan keuangan
oleh auditor. Terdapat pengecualian bahwa berbagai literatur psikologi
tersebut tidak ditujukan untuk riset khusu pada bidang perpajakan atau
audit
Slide Note
Embed
Share

Behavioral accounting is a system aimed at providing financial information for decision-making in business operations. It focuses on the behavior and motivations of individuals involved in accounting systems, catering to both internal and external users for performance evaluation and investment decisions. Various streams of behavioral accounting research classify studies into management control, accounting information processing, information system design, audit research, and organizational sociology, highlighting its importance in guiding optimal resource allocation and strategic decision-making in organizations.

  • Behavioral Accounting
  • Business Decisions
  • Financial Information
  • Management Control

Uploaded on Mar 27, 2024 | 10 Views


Download Presentation

Please find below an Image/Link to download the presentation.

The content on the website is provided AS IS for your information and personal use only. It may not be sold, licensed, or shared on other websites without obtaining consent from the author. Download presentation by click this link. If you encounter any issues during the download, it is possible that the publisher has removed the file from their server.

E N D

Presentation Transcript


  1. AKUNTANSI KEPERILAKUAN MANENDHA M KUNDALA, SE, MM stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship

  2. PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN MATERI 1 stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship

  3. Akuntansi Keperilakuan Tinjauan Umum Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi. Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam organisasi tersebut. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 3

  4. Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school) , yaitu : 1. Pengendalian manajemen (management control) 2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing) 3. Desain sistem informasi (information system design) 4. Riset audit (audit research) 5. Sosiologi organisasional (organizational sociology) stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 4

  5. Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 5

  6. Banyak volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini : 1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenankan 2. Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset 3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 6

  7. Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 7

  8. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini : 1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan 2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis 3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 8

  9. Akuntansi Konvensional Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 9

  10. Informasi keuangan melalui pelaporan keuangan memiliki tujuan yang beberapa diantaranya adalah : 1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit. 2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut 3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba 4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya 5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan perusahaan 6. Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 10

  11. Akuntansi sebagai suatu Sistem Informasi Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 11

  12. Akuntansi adalah Sistem Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru diantara karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi. Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menent penting yang menentukan efektukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 12

  13. Jackson (1986) mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu : 1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan. 2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem. 3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya. 4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut. 5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 13

  14. Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan, analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan pemakai ini. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 14

  15. Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu : 1. Tidak ada keterlibatan (no-involvement) 2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvement) 3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice) 4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control) 5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing) 6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control) stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 15

  16. Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem PerencanaanStrategis PerencanaanSistem Implementasi a. Kandungan proses perencanaan strategis a. Integrasi Sistem a. Pengendalian rencana implementasi b. Kegunaan rencana b. Tingkat rincian rencana proyek b. Keterbatasan sumber daya c. Keterpaduan dalam rencana c. Integrasi hardware c. Pencapaian tujuan perencanaan d. Pengkoordinasian tindakan perencanaan d. Perencanaan proyek stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 16

  17. Akuntansi adalah Informasi Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 17

  18. Agar proyek pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu : 1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem 2. Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem 3. Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode baru atau revisi ke dalam operasi stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 18

  19. Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa ekonomi tersebut. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 19

  20. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970). stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 20

  21. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan: 1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor. 2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun Wajib Pajak. 3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 21

  22. Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan. Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang diikuti. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 22

  23. Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah ini, stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 23

  24. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 24

  25. Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif. Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 25

  26. Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 26

  27. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal lainnya. 2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya. 3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan. 4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan. 5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 27

  28. TINJAUAN TERHADAP ILMU KEPERILAKUAN: DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI MATERI 2 stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship

  29. Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Akuntansi adalah tentang manusia Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan faktor sosial sesungguhnya didesain secara jelas dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Namun selama ini belum pernah ada yang melihatnya dari sudut pandang semacam itu dan para akuntan belum pernah ada yang mengoperasikan perilaku pada sesuatu yang vakum. 2. Akuntansi adalah tindakan Dalam organisasi semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan guna mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada besarnya porsi tanggungjawab dan rasa tanggungjawab anggota tersebut terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitatif juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab anggota organisasi dalam memenuhi keinginannya untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. 1. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 29

  30. Dimensi Akuntansi Keperilakuan Informasi ekonomi dapat ditambah dengan tidak hanya melaporkan data-data keuangan saja, tetapi juga data-data nonkeuangan yang terkait dengan proses pengambilan keputusan. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 30

  31. Lingkup Akuntansi Keperilakuan Akuntansi keperilakuan berada dibalik akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desaian, konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 31

  32. Secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar. a. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan system akuntansi. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi manajemen yang memengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam organisasi. b. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini berkenaan dengan bagaimana system akauntansi memengaruhi motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan , kepuasan kerja, serta kerja sama. c. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang ketiga dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai hubungan dengan cara system akuntansi digunakan sehingga memengaruhi perilaku. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 32

  33. Akuntansi Keperilakuan : Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional Para akuntan yang berkualitas akan memilih gejala keperilakuan untuk melakukan penyelidikan, karena mereka mengetahui bahwa data keperilakuan sangat berarti untuk melengkapi data keuangan. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 33

  34. Lingkup dan Sasaran Hasil Ilmu Keperilakuan Bernard Berelson dan G.A Stainer menjelaskan secara singkat mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 34

  35. Lingkup dan Sasaran Hasil Dari Akuntansi Keperilakuan Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang saling berhubungan dalam organisasi. Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang saling berhubungan dalam organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 35

  36. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama- sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 36

  37. Perspektif Berdasarkan Perilaku Manusia : Psikologi, Sosiologi dan Psikologi Sosial Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 37

  38. Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri dan organisasi. Bila psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran- peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik, sosiolog telah memberikan sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku kelompok dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan rumit. Beberapa bidang dalam perilaku organisasi yang menerima masukan yang berharga dari para sosiolog adalah dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi, birokrasi, komunikasi, kekuasaan dan konflik. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 38

  39. Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep- konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang- orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses pengambilan keputusan kelompok. Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakan psikologi sosial. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 39

  40. Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya. Sedangkan para sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan lalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur sosial. Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang; sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 40

  41. Beberapa Hal Penting Dalam Perilaku Organisasi 1. Teori Peran 2. Struktur Sosial 3. Budaya 4. Komitmen Organisasi 5. Konflik Peran 6. Konflik Kepentingan 7. Pemberdayaan Karyawan stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 41

  42. 1. Teori Peran Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 42

  43. Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan life-course memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun. Di Indonesia berbeda. Usia sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan tahapan usia (age grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian lagi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 43

  44. 2. Struktur Sosial Terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin lalu menguraikan hubungan antara masyarakat dengan individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka juga mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok - yaitu adat-istiadat masyarakat atau struktur sosial. Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami kehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur sosial atas "diri" (self) - perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri (self). stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 44

  45. Sosiolog lain Robert Park dari Universitas Chicago memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu- individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita lakukan dalam masyarakat. Beberapa teori yang melandasi persektif strukturan adalah Teori Peran (Role Theory), Teori Pernyataan - Harapan (Expectation-States Theory), dan Posmodernisme. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 45

  46. 3. Budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan- perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 46

  47. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk- bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 47

  48. 4. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Menurut Robbins (2003), didefinisikan bahwa keterlibatan pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu menjalankan kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komimen yang kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 48

  49. Menurut L. Mathis-John H. Jackson, komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan. Menurut Griffin, komitmen organisasi (organisational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 49

  50. Menurut Luthan (1998), komitmen organisasi didefinisikan sebagai : 1. keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan 3. keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan stieww.ac.id Quality, Integrity, Entrepreneurship 50

More Related Content

giItT1WQy@!-/#giItT1WQy@!-/#giItT1WQy@!-/#giItT1WQy@!-/#